JAKARTA (19/8) - Tahun 2030 diprediksikan akan lebih ada lebih banyak plastik daripada ikan di laut akibat masifnya limbah plastik sekali pakai yang berujung ke laut. Ironisnya, laut Indonesia menjadi penyumbang sampah terbesar kedua di dunia, setelah Cina. Hal ini mengancam lebih dari 800 spesies biota laut, termasuk ikan dan terumbu karang.
Meresponi kondisi tersebut, Pandu Laut Nusantara, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Yayasan EcoNusa bersama 300 komunitas, organisasi, peerusahaan swasta, BUMN, dan Pemerintah Daerah yang tersebar di seluruh Indonesia menyelenggarakan gerakan Menghadap Laut 2.0 pada Minggu (18/8).
Sebagai informasi, Pandu Laut Nusantara merupakan gerakan sosial masyarakat yang terdiri dari berbagai lapisan individu dan komunitas yang menaruh perhatian pada keberlangsungan kehidupan laut.
Ini merupakan kali kedua gerakan bersih pantai ini dilaksanakan. “Tahun ini, tingginya antusasime masyarakat untuk membersihkan laut dan sungai dari sampah membuat gerakan ini dilaksanakan di 108 titik pantai dan 5 titik sungai, melesat dari rencana awal yakni 74 titik. Angka ini belum termasuk relawan yang melakukan bersih pantai dan sungai secara spontan di beberapa tempat di seluruh Indonesia,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, sebagai Pembina Pandu Laut Nusantara.
Tahun ini, ia memimpin langsung gerakan Menghadap Laut di Pantai Timur Ancol, Jakarta. Turut hadir dalam kesempatan tersebut Duta Besar dan perwakilan negara-negara sahabat dari Kanada, Panama, Belanda, Hungaria, Polandia, Norwegia, dan Jepang. Hadir pula para pejabat eselon I KKP. Sejumlah influencers tanah air seperti Nirina Zubir, Tora Sudiro, Prita Laura, dan Chacha Frederica juga turut turun tangan.
Melihat sampah yang mayoritas berupa limbah kain yang diikat dengan plastik berserakan di sekitar pantai, Menteri Susi memperkirakan adanya pihak-pihak yang secara sengaja membuang sampah limbah tekstil di wilayah itu.
“Dari sampah yang ada di sini, saya lihat ada kesengajaan membuang sampah limbah tekstil. Mungkin dari konveksi, sisa-sisa bahan bikin kaos-kaos diikat lalu dibuang saja kemari,” ujarnya.
Menteri Susi mengimbau agar perusahaan-perusahaan tidak membuang sisa-sisa limbah ke laut dan pantai secara sengaja. Ia akan menginvestigasi hal ini dan mengirimkan alat berat (eskavator) untuk membersihkannya.
“Mungkin dia pikir ‘ah kain kan nanti lama-lama juga sobek sendiri’. Tapi kan sudah cukup bikin kotor. Lilitnya pakai plastik, ya plastiknya tidak bisa hilang. Nah, sebagian terkirim lagi di pinggir seperti kalian lihat di sini,” ucapnya.
Ia juga mengimbau perusahaan-perusahaan yang masih memakai plastik sekali pakai untuk segera mengalihkan produksinya ke bahan lain yang lebih tahan lama seperti tumblr dan tas ganepo. “Jadi, perilaku bisnis pun dalam mencari keuntungan bisa di-shifting, bisa dirubah, bisa diganti,” pesannya.
Sejalan dengan hal itu, Menteri Susi mengajak masyarakat untuk menghentikan pemakaian plastik sekali pakai seperti kresek. Dengan begitu, permintaan plastik sekali pakai pun akan berkurang sehingga para produsen diharapkan mulai mengurangi produksi kresek untuk bergeser ke bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan.
“Kalau kita boikot tidak mau pake kresek kan pabrik kresek juga berhenti. Betul tidak? Jadi, tinggal maunya siapa yang mulai duluan. Pabrik yang produksi kresek atau kita,” tuturnya.
Pemakaian plastik sekali pakai, menurutnya, dapat mengancam keberlangsungan ikan di laut. Hal ini dikarenakan plastik membutuhkan puluhan tahun untuk hancur sehingga sampah plastik yang bermuara di laut dapat termakan oleh ikan. Padahal, ikan merupakan sumber protein yang penting untuk kesehatan dan kecerdasan SDM.
“Kita bersihkan laut supaya lautnya sehat, ikannya banyak untuk dimakan banyak oleh orang Indonesia yang banyak. Kalau ikannya sedikit, ya tidak cukup,” katanya.
Dari Pantai Timur Ancol sendiri, Menteri Susi bersama para relawan yang hadir berhasil mengumpulkan total 7.525,3 kg sampah yang terdiri dari 409,6 kg soft plastic; 107,6 kg hard plastic; 23 kg kertas; 395,6 kg karet; 6.119 tekstil; 187,2 kg kayu olahan; 2,6 kg logam; 129,3 kg kaca dan keramik; 3,9 kg b3; serta 147,5 kg bahan lainnya.
Menteri Susi mengatakan, gerakan Menghadap Laut yang telah dilaksanakan ini merupakan bukti kebersamaan masyarakat dunia dari berbagai latar belakang suku bangsa, profesi, dan suku yang berjuang untuk menjaga laut dari ancaman sampah yang mengtorinya.
“Jadi ayo kita semua juga mulai, bukan hanya membersihkan sampahnya tapi juga mulai kurangi pemakaian plastik sekali pakai. Tidak bawa kresek, tidak bawa botol air. Bukan cuma pencuri ikan, pengotor laut dan pemakai plastik sekali pakai juga tenggelemin aja!,” ujarnya.
Chacha Frederica yang hadir dalam kesempatan itu juga mengingatkan agar masyarakat saling mengajak teman-teman di lingkungan sekitar untuk memasifkan penghentian plastik sekali pakai.
“Jangan pernah bosan, jangan pernah capek untuk menyosialisasikan dan mengajak teman-teman untuk stop penggunaan plastik sekali pakai.Kita sama-sama tunjukkan bahwa kita cinta tanah air dengan tidak memakai plastik sekali pakai,” ajaknya